TIMES FAK FAK, JAKARTA – Mungkin jarang terpikirkan oleh kebanyakan orang tentang sebuah pertandingan kompetitif yang memadukan kecerdasan strategi catur dengan ketangguhan fisik tinju. Tapi hal itu memang ada. Chessboxing namanya,
Walau kedua olahraga ini memang terlihat bertolak belakang, namun chessboxing sebagai sebuah inovasi olahraga nyatanya memang ada. Olahraga ini menciptakan sebuah pertarungan unik yang menguji batas pikiran dan tubuh.
Chessboxing merupakan olahraga hibrida yang menggabungkan catur dan tinju dalam satu pertandingan.
Pertandingan dimulai dengan babak catur di atas ring tinju, menggunakan format waktu catur kilat (blitz chess). (FOTO: Chessboxingnation)
Pertandingan ini terdiri dari beberapa ronde dan setiap ronde diawali dengan bertanding catur dengan waktu 3-10 menit (blitz chess), kemudian dilanjutkan dengan saling adu pukul di babak tinju.
Atlet sendiri dinyatakan menang dengan beberapa cara. Pertama dengan cara skakmat di papan catur atau lawan menyerah, kedua adalah knockout (KO) di babak tinju.
Menariknya, para atlet harus mampu menjaga keseimbangan mental dan fisik. Mereka tidak hanya dituntut untuk memukul dan bertahan, tetapi juga memikirkan strategi dan langkah terbaik di papan catur. Semua dalam kondisi detak jantung yang masih berpacu usai bertarung di ring tinju.
Setelah babak catur selesai, pertandingan dilanjutkan dengan babak tinju. (FOTO: Dok. Chessboxingnation).
Dilansir dari situs resmi chessboxingnation, olahraga ini pertama kali dikonsepkan oleh Iepe Rubingh, seorang seniman asal Belanda, pada 2003.
Ia terinspirasi dari novel grafis berjudul Froid Équateur karya Enki Bilal yang menggambarkan karakter bertarung di ring sambil memainkan catur. Ide out of the box ini kemudian diwujudkan dalam pertandingan nyata, dan tak disangka, mendapat sambutan yang hangat dari publik.
Rubingh bahkan menjadi juara dunia pertama dalam sejarah chessboxing. Sejak saat itu, olahraga ini berkembang pesat, dengan World Chess Boxing Organization (WCBO) berdiri sebagai badan resmi yang mengatur turnamen internasional dan kejuaraan dunia.
Chessboxing bukan hanya tentang adu fisik atau adu otak semata, ini adalah ujian sejati akan keseimbangan keduanya. Seorang atlet chessboxing harus mampu menenangkan pikirannya setelah beradu pukulan di ring, lalu segera fokus pada strategi catur, meski napas masih memburu dan keringat mengucur deras.
Chessboxing juga memiliki ketentuan tersendiri dalam menyeleksi atlet-atlenya. Atlet chessboxing yang sudah ada seperti Nikolai Sazhin atau Tihomir Atanassov selain memiliki keahlian tinju, mereka juga dikenal di kejuaran-kejuaran catur yang memiliki ELO rating pecatur di atas 1800.
ELO Rating sendiri adalah kekuatan seorang pemain catur yang diperoleh dari turnamen-turnamen resmi yang tercatat oleh FIDE (Induk Organisasi Catur Dunia). Selain itu seorang atlet chessboxing juga diharuskan memiliki pengalaman bertanding tinju minimal 20 kali.
Meski jenis olahraga ini belum terlalu populer di Indonesia, pertandingan chessboxing sendiri telah diselenggarakan di berbagai negara seperti Inggris, Jerman, Rusia, dan India, dengan komunitas penggemar yang semakin berkembang hingga sekarang. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengenal Chessboxing, Olahraga Baru yang Memadukan Duel Otak dan Otot
Pewarta | : Mutakim |
Editor | : Ronny Wicaksono |