TIMES FAK FAK, YOGYAKARTA – Dalam menyemarakkan Milad PPM ke-40, PPM (Pusat Peranserta Masyarakat) Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan agenda milad.
Di antaranya diadakan Diskusi dan Sarasehan. Perayaan 40 tahun ini bertujuan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan, dan memperkuat dakwah bil hal serta menunjukkan kebaikan melalui tindakan nyata.
Kegiatan dibuka langsung Wakil Ketua Presidium Nasional PPM, Prof Drs Anas Hidayat, MBA PhD dengan dihadiri para tokoh-tokoh penting PPM, para aktivis dan partisipan PPM, organisasi mandiri PPM seperti Sangkerta, Persatuan Pedagang Kaki Lima Yogyakarta (PPKLY) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) Ummatan Wasathon
Milad PPM ke-40 mengusung tema Empat Dekade Perjuangan: Refleksi, Kebangkitan, dan Aksi. Meskipun Milad sebenarnya jatuh pada tanggal 30 Januari, semangat syukur dan apresiasi terus mengalir dalam setiap agenda perayaan ini.
“Usia 40 tahun mungkin bagi kita sudah semakin tua. Tetapi kalau kita lihat dari semangatnya, perjuangan islam itukan justru Nabi itu umur 40 tahun mendapat risalah,” kata Anas, Senin (3/2/2025)
Menurutnya, di usia 40 tahun ini mestinya bukan menjadi titik turun dalam perjuangan. Tapi jadi langkah awal untuk menebarkan kebaikan lebih banyak lagi.
“Semangatnya karena PPM sudah banyak lembaga, baik yang sudah eksis maupun yang belum, dan ini menjadi tantangan PPM ke depan,” tambah Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pemasaran Universitas Islam Indonesia (UII).
Pihaknya ingin memperjuangkan lembaga-lembaga PPM yang sudah ada, agar bisa eksis kembali dalam rangka untuk menebarkan maslahat atau kebaikan.
Anas berharap ke depan PPM mulai berani membuat program atau rencana strategis yang komprehensif untuk mencapai tujuan jangka panjang. Lanjutnya kalau sudah punya perencanaan, maka program akan berjalan karena ada konsep yang menuntunnya.
Anas mendorong pentingnya keterlibatan generasi muda untuk membantu agar program-program PPM yang mendatang dapat berjalan dengan baik.
“Agar lembaga PPM ini berkembang, makanya generasi muda harus kita didik, bimbing dan kita harus menjadi role model atau teladan bagi mereka,” ujar akademisi UII yang aktif dalam publikasi karya ilmiah di berbagai jurnal bereputasi.
Anas yang juga merupakan Wakil Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Yogyakarta menambahkan PPM bukan organisasi massa, ia adalah organisasi berbasis intelektual.
PPM sejak pertama kali berdiri pada 30 Januari 1985, isinya banyak melakukan kajian-kajian. PPM hadir sebagai solusi, pelopor perubahan, dan inspirasi bagi masyarakat. Karenanya banyak program-program PPM yang tidak terduga dan selalu yang pertama. Ini tantangan dan harapannya tradisi ini tetap terus dijaga.
“Tradisi yang perlu kita jaga yaitu mungkin hari ini orang bicara tentang kompetisi, tapi ke depan kita harus mulai membangun konsep colaboration advantage yaitu berbisnis dengan cara kolaborasi bukan berbisnis dengan cara kompetisi,” ungkap Anas
Sementara, Ketua PPM Wilayah DIY, Sayun, MSi menambahkan PPM Wilayah DIY memiliki tiga badan organisasi otonom atau ortom yakni Paguyuban Pedagang Kaki Lima Yogyakarta (PPKLY), MAK Ummatan Wasathon, pemberdayaan bisnis Drone dan VCO.
“Ketiganya menjadi tanggung jawab PPM Wilayah DIY, untuk pengembangannya ke depan masing-masing bidang harus dibedah dan dianalisis satu per satu. Kolaborasi dan kerja sama sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan visi dan misi PPM di masa depan,” paparnya
Acara perayaan Milad PPM ke-40 yang diawali pemotongan tumpeng pada Minggu (2/2/2025) di Klegen, Trimuliyo, Sleman tersebut, tidak hanya menjadi perayaan semata, tetapi juga menjadi momen refleksi dan penyemangat bagi seluruh anggota dan aktifis PPM.
Dengan semangat syukur dan tekad untuk terus maju, PPM Wilayah DIY siap menghadapi tantangan-tantangan di masa depan dalam perjuangannya untuk masyarakat luas. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Milad ke-40 PPM: Tekankan Pentingnya Berbisnis dengan Cara Kolaborasi
Pewarta | : A. Tulung |
Editor | : Ronny Wicaksono |